Salah satu permainan anak tradisonal populer yaitu boy-boyaan. Permaianan anak melibatkan banyak anak ini sekarang sudah jarang terlihat. Anak-anak sudah beralih permainan lebih modern, permainan elektronik, online, hingga main gagdet.
Di daerah Banten misalnya, permainan boy-boyan
dahulu sangat populer. Permainan ini merupakan permainan menggunakan bola bekel atau
bola tenis. Lebih dahulu lagi, bola dibuat dari buntelan daun atau kain agar
empuk ketika dilempar kepada lawan, tidak melukai meski dilemparkan
keras-keras. Saat ini, permainan boy-boyan sudah jarang terlihat dimainkan
anak-anak.
Permain boy-boyan merupakan permainan yang
dimainkan dua kelompok. Anak-anak yang ikut serta dibagi dua kelompok yaitu
kelompok permain dan kelompok penjaga. Diadakan kesepakatan atau suit terlebih
dahulu, kelompok mana yang main lebih dulu.
Permainan ini diawali dengan menyusun ke atas
beberapa batu lempeng atau pecahan genting. Jumlah pecahan genting itu biasanya
sepuluh buah.
Kelompok yang bermain lebih dulu harus
melempar tumpukan genting dari jarak yang telah ditentukan. Jaraknya tidak
terlalu jauh atau terlalu dekat, sekira 10 meter dari tumpukan genting.
Tumpukan genting harus sampai rubuh sebagian atau semuanya berserakan. Kalau
sudah berserakan, anak-anak yang bermain harus lari menghindari lemparan bola
dan mencuri kesempatan untuk menumpuk kembali genting yang berserakan.
Tugas kelompok yang berjaga yaitu memburu
anak-anak dari kelompok lawan dengan melempar bola agar terkena anggota badan.
Tidak ada aturan bagian badan mana yang boleh atau tidak boleh dilempar karena
bola yang digunakan tidak melukai, bagian muka atau kemaluan anak-anak sudah
tahu itu tidak boleh. Bola bisa dioper-oper dari satu anak ke anak lain
yang lebih dekat dengan anak dari kelompok lawan. Saat ada lawan yang berusaha
menyusun kembali genting, maka harus dilempar bola.
Anak yang lihai menghindari lemparan sangat
dibutuhkan. Ketika bole meleset dan terlempar ke jauh, pemain lawan bisa dengan
leluasa menyusun kembali genting. Ketika sudah tersusun, maka anak yang
menyusun tersebut meneriakkan, "boy". Itu sebagai tanda bahwa mereka
menang dan satu pon didapatkan.
Sebaliknya, jika anak-anak yang dapat giliran
main itu terkena lemparan bola, maka permainan selesai dan bergantian
jaga. Anak-anak yang tadinya berjaga dapat giliran main. Begitu seterusnya,
masing-masing kelompok mengumpulkan poin masing-masing. Tentu saja, bagi
anak-anak permaianan apa pun tidak punya batas waktu, tidak punya wasit,
anak-anak akan berhenti ketika mereka lelah atau sudah waktunya pulang ke
rumah. Wasit pun di antara mereka sendiri. Jika ada yang salah atau ganjil,
mereka yang akan menyelesaikannya dengan saling berdebat, sampai salah satu
mengalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar